Frivolous Scribbles

Aku mungkin buta
dalam kegelapan jiwa hampa
dan gambaran yang hilang
bersama langkah-langkah
hati tak sampai.
Aku mungkin gila
bersembunyi dalam kabut,
kejernihan matamu
yang tak akan melirik
walau untuk waktu.

Andai kau tau
rasa adalah seluruh nafas,
kasih adalah satu kehadiran,
cinta adalah dirimu,
untukku.
Terima kasih dari jiwa
sedalam kamu mengubur
buku-buku bak bulu merpati,
mestinya terukir
cerita kita.

Kau terlelap dalam
membawa percayaku
dan genggam tangan yang terlepas,
tak kutemukan cara
menggapai kembali
jarak sejauh pelangi.

Binar bintang hilang bersama
atmosfer bumi,
kabut legam dan menyayat
mata-mata yang memperhatikan.
Pucuk muda pohon mahoni
kehilangan arah untuk mencoba
menggapai saat sisa-sisa cahaya
terpencar dan hilang
dari mata-mata yang menemukan.

Air tak lagi sedangkal
bayang tanganmu yang ingin meraih
dasar suara kecil yang menggema
dan mata-mata yang mendengar.
Mataharimu tak terbit di timur
saat kau diam dan menanti
langit yang jatuh ke pundakmu'
bersama matamu,
mata-mata yang lelah.

I held your hands in a pixelated world
A smile covered with burning red roses
Flowing as gently as a round heart
A galaxy where we live closest

The clock resets every night and day
But time collapsed with a fountain of fun
A replenishing splash of lukewarm water
Omitting a place where we lost the sun

We shared a bar of dark chocolate
A bitter sweetness I can completely feel
For a new prologue we nearly finish
Who knew what lies beyond those hills

Our holding hands passed with flying colors
Where red and blue created a new entity
Trials of life, love, and vulnerability
A moving bridge of hearts as a galaxy

A new song will be born, between the ears who listened. The calm before a storm, the moon before the shadows, the clouds before the rain. This will be a prelude to memories and dream.