Frivolous Scribbles

"You moved on too easily, it's like you were never brokenhearted yourself."

Yesterday, I found out what a friend of mine said truly was right. And tonight, I stayed awake because this thought is running in my head. Was I really that heartless? Was it because I was that ignorant? No, I don't think that was it. If I was like that, I wouldn't end up staying up on some nights, writing poems, singing songs and kept thinking about her until the day it was all over. So what was it?

"Your first true love wouldst make you realize that your first love, wasn't love at all."

I once heard a saying that goes like that, and it also did kept me thinking. Have I ever felt something like that? When I thought that she was made for me did I realize something similar to this? No, I don't know, and I wouldn't understand. Even if I did understand, there will be no words that can describe it the way it was. 

I want to feel that way, I hope to find that someone in my future life. Someone who knows all of my mistakes and weaknesses, yet still thinks I am a completely fine human being. To the 10 years later me, I hope you'll remember that today you have promised to love someone completely, and you felt delighted just by the thought of it. Anais, until the day I met you, and love you again.

Pernahkah kamu menemukan seseorang yang punya jalan pikiran, hobi, ketertarikan, dan segala sesuatu yang sama denganmu, namun dalam bentuk lawan jenis? Pernahkah kamu berpikir kamu adalah sebuah gantungan kunci utuh tanpa cacat sampai kamu menemukan gantungan kunci satu lagi yang jika disatukan denganmu akan membentuk sebuah gantungan kunci gabungan yang sempurna? Kamu tidak akan merasa sama lagi tanpanya.

Lalu, pernahkah kamu berada dalam hubungan yang begitu dekat dengan seseorang hingga semua orang berkata "Just get together already!" ketika kamu menceritakannya, namun sampai sekarang tidak pernah mendapat kesempatan untuk benar-benar bersamanya? Pernahkah kamu pergi menggali harta karun sejauh puluhan kilometer ke arah inti bumi dan berhenti dengan pikiran bahwa kamu belum siap untuk hidup yang berubah mendadak kaya raya? Kamu akan merasa bodoh setelahnya.

Aku pernah merasakannya, atau aku masih merasakannya? Entahlah, aku juga tidak pernah mengerti. Aku merasa seperti menunggangi salah satu kursi wahana komedi putar dimana aku bergerak untuk mengejar bayangan yang kamu tinggalkan dan mungkin begitu juga sebaliknya. Kita tidak pernah benar-benar berhenti untuk sejenak melihat ke belakang. Ke belakang dimana aku ada, dimana kamu ada, dimana kita ada. Cinta adalah perasaan yang tidak halnya berbeda dari perasaan lain, rumit dan tak cukup dijelaskan dengan kata-kata.

"There must be something more, until we know what we're fighting for."

- Something More, Secondhand Serenade -

forever and ever a nychtophile,

Andri Kurniawan

Pada awalnya saya memang tertarik untuk membeli buku ini karena covernya yang terlihat berbeda. Namun, sampai bulan ini keinginan untuk membelinya barulah terwujud. Sinopsis yang tertulis di belakang buku memang tidak bisa dibilang menarik, namun setelah saya membacanya, pandangan saya akan sang pengarang berubah.

Mahir Pradana adalah sosok yang pandai mengatur alur cerita, bukan hanya itu, dia juga pandai dalam memilih kata yang ingin digunakan. Cara menulisnya tidak muluk-muluk, ia menuliskan segala rasa yang ia ingin pembaca ikut rasakan. Kutipan dari lagu-lagu band favoritnya (Coldplay), pelajaran hidup yang ia alami, serta kutipan-kutipan dari penulis terkenal yang ia idolakan. Long story short, saya menyukai gaya unik menulisnya.

Miracle Can Happen Twice

Novel fiksi remaja ini bercerita tentang seorang lulusan mahasiswa lulusan S2 Jurusan Perhotelan di Swiss bernama Abdul Latif atau lebih akrab disapa Al. Dia pulang ke tanah asalnya yaitu Kota Makassar untuk menghidupkan kembali bangunan peninggalan ayahnya yang sudah tiada. Bangunan itu memang dulu merupakan hostel yang cukup ramai, namun sekarang hanya bangunan tua yang sudah ketinggalan jauh dengan hotel-hotel berbintang.

Alur cerita dari novel ini begitu tertata dengan rapi. Mulai meninggalnya kedua orang tuanya dalam rentan waktu yang relatif singkat, perceraian kakak perempuannya, putus cintanya karena diduakan wanita yang pernah ia ajak berkeliling Eropa, hingga bagaimana hostel itu bangkit kembali dan begitu pula kehidupan cintanya. Semua dituliskan dengan bahasa yang ringan agar mudah dimengerti, namun juga dibumbui kutipan-kutipan yang pada dasarnya membuat pembaca penasaran dengan lanjutan ceritanya.

Jika anda merupakan penggemar traveling atau mungkin penggemar coldplay mungkin pernah bermimpi untuk melihat dunia, saya merekomendasikan buku ini untuk anda. Sama halnya seperti fiksi remaja, buku ini cocok untuk dibaca kalangan remaja dan dewasa.