Rentetan Runtuhan
00:09
Kali ini puisi kolaborasi sama Ananda Bayu Php Pangestu, check out her blog here! Orangnya rada-rada tapi tulisannya jangan diragukan. See ya on the next collab!
Sudah berkali ku ketuk pintu kayu tua
Dengan jemari yang kini hitam dan membiru
Namun tak nampak akan pernah ku jumpa
Hangat perapian dan cahaya lampu
Sudah berkali ku ketuk pintu kayu tua
Dengan hati yang kini menjelma batu
Berdiri mematung terlampau lama
Dalam hening yang lalu menggerutu
Aku menangis seperti jangkrik di malam hari
Dengan air mata bak hujan menyapa jendela bertirai
Agar suatu hari aku dapat memegang kunci
Ke dalam atap yang teduh dan alas berlantai
Sungguh aku ingin pergi
Gemetar kaki tak sanggup lagi sembunyi
Namun bulan memohon “Tunggu, sedetik lagi”
Tangisku lalu terhenti
Lalu mataku terpaku pada sebuah kotak surat
Dimakan waktu dan sarang laba-laba
Seakan bertanya saat ku jauh dari rumah
Sudah berapa lama? Aku tak lagi ingat
Satu detik. Dua detik. Tiga detik.
Tentu lebih dari itu.
Satu ketuk. Dua ketuk. Tiga ketuk.
Tak jua terbuka pintu.
Jika bukan tempatku untuk pulang
Dan kenangan yang perlahan mesti hilang
Apakah rumah hanyalah sebuah ruang?
the ones guessing what home is,
Ananda Bayu Pangestu & Andri Kurniawan
0 Comments